Kenapa Kamu Harus Pacaran?

Posted by

Cinta memang tak pernah bisa ditebak arahnya. Ia bebas terbang dan hinggap di mana saja layaknya seekor kecoa yang sedang lapar. Aku juga tak paham, bagaimana hati ini tertawan padamu. Gadis yang kata orang biasa saja, bahkan cenderung kurang di mata kritikus fisik. Tapi bagiku, kenapa engkau begitu spesial? Belakangan aku baru tahu kalau aku sedang jatuh cinta.

http://protoinsaclub.tk/love-illustrations/


Cinta, cinta, dan cinta, kata orang aku harus memperjuangkan. Paling tidak follow up ke dia, mungkin saja memiliki rasa yang sama. Tapi sepertinya tak mungkin, diri ini terlampau pengecut untuk menyatakannya. Selain karena harga diri taruhannya, juga bingung lantas habis itu mau apa. Pacaran? Mendengar kata itu langsung mendidih rasanya darah ini. Bukan, bukan karena pengalaman pacaranku buruk, melainkan hubungan tak resmi itu telah merenggut orang-orang yang membuat jantungku bergetar. Termasuk kamu. Iya kamu! Setelah sekian lama kupendam, ternyata kau ditikung orang.

Kuceritakan masalah  ini ke orang-orang, tapi respon mereka justru menyalahkan. Kenapa nggak ditembak duluan, kamu penakut sih!, Cinta jangan dipendam terus! Ntar meleduk, dan sebagainya, dan sebagainya. Tahulah ya orang-orang seperti itu. Mereka tak akan pernah paham diriku, dan memang selamanya tak akan paham.

Kenapa kamu harus pacaran? Hanya pertanyaan bernada menyalahkan itu yang ada dipikiranku. Untuk apa? Statusisasi kalau kau milliknya dan dia milikmu. Lantas dengan itu kau dan dia bebas berdua-duaan, pangku-pangkuan, dan ciuman? Oh my God. Itulah kenapa aku benci pacaran. Dan aku tahu, hari ini semakin banyak jumlahnya. Semua yang harusnya tersegel, justru dibuka sebelum waktunya. Dan dampak paling buruknya, kelak jika kita berjodoh, aku harus rela menerima bekas. "Bekas pacar orang lain"

Kamu kemudian membela diri, dulu situ juga pacaran kan? Berarti situ juga bekas.  Aku jawab iya. Karena itulah kita impas, sehingga cocok untuk jadi pasangan. "Tapi aku maunya nikah sama dia, karena itulah kami pacaran sekarang. Itung-itung latihan buat menghadapi bahtera rumah tangga nanti" jawabmu. Aku pun menunduk lesu. Dengan gontai, kulangkahkan kaki ini menjauh. Tak lupa tanganku meraih sekop. Denganya, akan kubuat sebuah lubang. Ya, sebuah lubang! Itu untuk mengubur hatiku yang sudah hancur berkeping-keping. Tak ada jalan lain selain menggantinnya dengan hati yang benar-benar baru.

Setelah kubeli hati yang baru, tak pernah lagi terbesit sosokmu di relung hatiku. Aku dan kamu seperti berada di dunia berbeda, sehingga sangat tidak mungkin untuk bersinggungan lagi. Kita memang sering bertemu, tapi sudah tidak ada apa-apa. Dan belakangan terdengar kabar, hubunganmu dengannya gagal. Latihan pernikahan itu menjadi perceraian bahkan ketika ijab qobul belum diucapkan. Kau menangis, meronta, mengucapkan sumpah serapah pada dia yang mengkhianatimu.

Sebagai seseorang yang pernah memimpikanmu, aku datang untuk menghibur. Kubawakan apapun, permen, es krim, bunga, hanya untuk membuatmu tersenyum. Ternyata di hati yang baru, masih saja ada harapan-harapan itu, masih ada titik-titik kecil cinta padamu. Kemudian karena perhatianku padamu, kau mulai sadar siapa sebenarnya yang menyayangimu. Hatimu mulai bergejolak untuk memilihku, menawarkan kesempatan yang aku impikan seumur hidup. "Menjadi pasanganmu"

"Aku tidak bisa!' jawabku. Aku telah menguburnya dalam-dalam. Tidak mungkin hanya karena kau membuka kesempatan, aku mengais hatiku yang hancur berkeping-keping itu. Pikirkanlah lagi, aku tahu kau tidak benar-benar mencintaiku. Jangan-jangan, kau hanya sedang mencari pelarian semata. "Tidak! aku benar-benar mencintaimu sekarang" katamu sambil menangis. "Aku juga benar-benar mencintaimu dulu" jawabku. Tangisanmya semakin kencang, ia tak tahan untuk berpaling dan lari menjauh. Beruntung tanganku sigap menahan tangannya. "Menikahlah denganku" dia masih terisak. Tapi mengangguk. "Denganku kau tidak perlu latihan, karena cintaku beneran" Dia masih terisak, menunduk agak malu.

Kuantar pulang kamu sore itu. Dengan membonceng motor bebekku, kau tak segan melingkarkan tanganmu di perutku. Pipimu menempel di punggungku, dan di situ aku merasakan ada yang basah. Itu pasti air mata. Air mata kebahagiaan? Sepertinya begitu. Aku percaya cinta memang harus diperjuangkan, tapi tentu saja dengan cara-cara yang halal. Karena sejatinya, tak ada hal baik yang diperoleh dengan cara-cara yang tidak baik.

Torpidkoala


Blog, Updated at: 23:26

0 komentar:

Post a Comment

Followers

Popular Posts

Powered by Blogger.
Adsense Indonesia