“Untuk mamak, wanita nomor satu
dalam hidupku” itulah kalimat dalam salah satu lembar novel “Burlian, Serial
Anak-anak Mamak” karya Tere-liye. Tere liye lagi, tere liye lagi, nggak bosan?
Jawabannya tidak. Sama dengan kutipan di salah satu halaman sebelum daftar isi
tersebut, saya juga ingin mempersembahkan sinopsis ini untuk mamak saya yang
tercinta, meskipun beliau tidak bisa melihat postingan ini karena memegang hp
pun jarang-jarang, itupun hanya untuk telpon dan dengar radio, apalagi laptop.
Selain itu, sebelumnya saya juga agak
terperanjat, ketika mendapati tidak ada sinopsis novel ini di blog saya,
padahal ketiga seri lainnya sudah, dan kukira novel ini juga sudah. Ternyata
belum. Oleh karena itu saya membuatnya langsung dengan menghabiskan 30 jam membaca
novelnya untuk kedua atau bahkan ketiga kalinya, aku lupa. Oke dari pada
berpanjang-panjang, lebih baik kita langsung saja, inilah dia Sinopsis Novel
Burlian Karya Tere Liye. Selamat membaca.
Siapa yang tidak tahu Burlian
Pasai? Anak Pak Syahdan dan Mamak Nung yang disebut spesial itu. Dialah yang di
masa depan akan melihat tempat-tempat baru, bertemu orang-orang baru yang
tinggal jauh nun di sana. Dialah yang membuktikan bahwa jalan depan rumah
ternyata tidak berujung, terus sambung-menyambung membentuk jaring yang tidak
ada batasnya. Dialah Burlian Pasai si anak spesial.
Masa kecil Burlian tentu tak jauh
dari anak-anak pada umumnya, bedanya mereka dibesarkan oleh mamak maha disiplin
dan bapak yang penyabar dan pengertian. Hal itu membuat pribadi Burlian terjaga
dari hal-hal yang sifatnya merusak. Namun, masa kecil yang penuh keingintahuan,
membuat Burlian terlihat nakal.
Di kampungnya yang terletak di
pedalaman sumatra, sekolah bukanlah hal yang dianggap penting. Toh ketika lulus
SD mereka juga menjadi penyadap getah karet dan petani kebun seperti orang tua
mereka. Namun di keluarga Pak Syahdan, semua anak harus sekolah, itulah yang
membedakan keluarga tersebut dengan kebanyakan keluarga di kampung itu. Maka,
mamak Nung atau pak Syahdan akan marah sekali ketika mendapati anak mereka
bolos sekolah.
Sebagai anak kecil yang masih
belum paham betul pentingnya sekolah, Burlian sering sekali membolos. Memang
beberapa kali tidak ketahuan, namun di suatu saat, akhirnya perbuatannya
tercium oleh mamak. Saat itu Ia dan Pukat, kakaknya, sengaja pulang lebih awal
untuk menangkap belalang untuk dipamerkan ke teman-teman di sekolah. Mereka
senang tangkapan belalangnya banyak hari itu, dan makin senang lagi ketika mamak ternyata tidak
memarahi mereka sesampainya di rumah.
Paginya pukul 5, Ayuk Eli, kakak
tertua Burlian, tiba-tiba membangunkannya dan Pukat. Hari ini mereka di suruh
mamak membantu mencari kayu bakar di hutan, tidak usah sekolah. Demi mendengar
hal itu, Burlian dan Pukat pun melonjak kegirangan. Mereka mengambil kayu bakar
dengan riangnya, karena setelah ini mereka pikir akan bebas bermain sepuasnya.
Namun jauh panggang dari api,
ternyata mengambil kayu bakar tidak hanya sekali, mereka balik lagi dan balik
lagi, bahkan hingga matahari tenggelam. Badan mereka seperti remuk rasanya.
Kalau begini ceritanya mending sekolah. Maka sadarlah mereka bahwa ini adalah
hukuman dari mamak karena membolos tempo hari.
Hari selanjutnya, Ayuk Eli
kembali membangunkan mereka, bedanya agak siangan. Ia dengan jahilnya mengatakan
bahwa hari ini Burlian dan Pukat membantu mamak lagi di kebun, tidak usah
sekolah. Maka demi mendengar hal itu, Burlian dan Pukat melonjak, bergegas mandi,
dan siap-siap berangkat sekolah.
Di kelas yang hanya berbilang
belasan murid itu, Burlian menempuh sekolah dasarnya. Mereka semua adalah teman
Burlian. Namun di kelas itu, ada seorang anak bernama Ahmad yang tidak terlalu
akrab dengannya. Ahmad ini pendiam sekali. Jarang bermain dengan kawan-kawan
lain. Fisiknya hitam, giginya tonggos, rambutnya ikal, membuat teman-teman agak
risih dekat-dekat dengannya. Kenapa saya ceritakan si Ahmad ini, karena ia
merupakan bagian penting dari masa kanak-kanak Burlian.
Awalnya Burlian juga berlaku sama
dengan kawan-kawan yang lain. Namun ketika bertolak ke rumah Ahmad, untuk
mengantar rambutan. Ia menyaksikan sendiri betapa pekerja kerasnya Ahmad dalam membantu
ibunya. Maka mulai saat itu, burlian jadi respek dan berteman dengan Ahmad.
Burlian mulai mengajak ahmad bermain bersama.
Suatu ketika, Burlian mengajak Ahmad
bermain bola. Dan saat itu pula, bakat besar Ahmad mencuat. Ia pandai sekali
memainkan si kulit bundar itu layaknya Maradona. Penduduk kampung yang melihat
pun berdecak kagum, dan nama Ahmad pun mulai dikenal di kampung. Apalagi saat
itu jaman-jamannya piala dunia, ditambah lagi ada kompetisi bola antar kampung,
maka semakin terkenallah ahmad. Namun saat latihan persiapan menuju final
kompetisi bola antar kampung, sebuah insiden membuat kebahagiaan itu berbalik
180 derajat. Apakah insiden itu? Kalian bisa temukan di novelnya.
Di sekolahnya Burlian, hanya terdapat
3 guru saja. Satu kepala sekolah yang sering pergi ke kota, dan 2 guru lagi, salah
satunya adalah pak Bin. Kisah tentang pak Bin dalam Burlian ini sangat ironis.
Beliau sudah mengajar di SD itu selama 25 tahun, namun hingga saat ini, gelar
PNS itu tak kunjung diterimanya. Padahal guru-guru honorer yang jarang
mengajar, di Sekolah itu sudah bergantian menjadi PNS. Konon katanya, Pak Bin
itu terlalu jujur, ia tidak ingin mengeluarkan sepeserpun untuk menyogok
panitia pengangkatan, alhasil hingga sekarang ia hanyalah guru honorer biasa.
Tidak peduli meskipun dedikasinya tidak terbilang untuk sekolah itu. Bahkan di
pendaftaran terakhirnya, yang ia optimis sekali bisa lulus, ternyata gagal
juga. Membuatnya sempat berhenti mengajar selama tiga hari, beruntung Burlian
dan kawan-kawannya berhasil meyakinkan Pak Bin untuk mengajar lagi.
Penduduk kampung setelah dibuat
takjub melihat proyek inspeksi minyak di hutan kampung mereka, kali ini kembali
geger melihat proyek pembangunan jalan oleh rombongan Korea. Burlian yang rasa
penasarannya tinggi mengajak kakaknya, pukat untuk melihat proyek tersebut. Hal
ini sama seperti yang mereka lakukan dulu ketika ada proyek inspeksi minyak.
Di proyek pembangunan jalan tersebut,
Burlian dan Pukat bertemu Nakamura yang berasal dari Jepang. Sejak pertemuan
pertama dan pertemuan berikut-berikutnya, Nakamura dan Burlian akrab dan
menjadi teman baik. Dari pertemanan inilah, jalan Burlian untuk melihat dunia
tebuka lebar.
Berbeda dari kedua kakaknya yang melanjutkan
sekolah di kota kabupaten, Burlian melanjutkan SMP di Ibukota, yang dibiayai
oleh Nakamura. Meskipun Ia sekarang sudah pensiun dan tinggal di jepang,
Nakamura tetap berkirim surat dengan Burlian. Hingga lulus, hubungan mereka
tetap harmonis dan bahkan mengajak Burlian ke Jepang. Dan di sanalah Burlian
bertemu dengan Keiko, anak Nakamura. Masa depan Burlian terbentang luas,
perjalanannya masih panjang, sepanjang jalan depan rumahnya yang tidak
berujung.
Sekian sinopsis saya, tentu saja
banyak bab yang tidak terbahas di sini, karena diambil bagian-bagian yang menurut
saya penting dan tentu saja saya ingat. Beberapa bab di antaranya mungkin
ketika inspeksi minyak, kunjungan menteri, judi SDSB, ABRI masuk desa, dan lain
sebagainya yang tak kalah penting. Terima kasih.
'Tere liye lagi, tere liye lagi, nggak bosan? Jawabannya tidak.'
ReplyDeletejawaban gw juga sama, ga bakalan bosen sama tere liye :) *tos*
https://jagatebookpdf.blogspot.co.id
salam kenal