Kenapa Kamu harus Pacaran #3 Tamat

Posted by

Aku duduk di balkon kosanku yang redup. Memang ada lampu, tapi cahayanya tak mampu memudahkan mata untuk melihat benda-benda di sekelilingnya. Aku menyalakan sound kecilku, menyambungkan ke hpku dengan bluetooth. Tanganku lincah membuka menu, memilih YouTube. Jariku mengetik "Glimpse of us". Lagu yang baru ada setelah kejadian buruk menimpaku. Ia mungkin sudah tak relevan sekarang, tapi liriknya cukup mewakili perasaan.


Bagaimanapun juga menjalin hubungan dengan orang yang belum selesai dengan masa lalunya adalah risiko besar. Aku mengambil penuh risiko ini, menjalani masa-masa pacaran dengannya dan setelah sekian lama, aku dengan gegabahnya berpikir masa lalunya sudah selesai. Tapi jauh panggang dari api, masa lalu itu tak pernah padam. Ia memang terkubur dalam, tapi ia tak pernah mati.

Jika aku memposisikan diri sebagai dia, setiap kali dia bersandar di pundakku, dia teringat bahu mantannya yang lebih nyaman. Setiap aku mengelus kepalanya, matanya mengerjap mengingat apakah seperti ini dulu rasanya. Setiap aku memeluknya, dia merasakan kehangatan dari masa lalunya. Aku tak pernah menyangka itu. Kupikir waktu benar-benar bisa mengubah perasaan manusia.

Lagunya terus berlanjut, semakin mendayu-dayu, mengiris dan membuka luka-luka lama di hati. Aku bukan sakit karena dia meninggalkanku, tapi sakit rasanya dia menjalani hubungan denganku, tapi di pikirannya adalah orang lain. Kenapa kamu harus pacaran. Kenapa aku tidak dipertemukan dengan orang yang tidak pernah pacaran. Kenapa aku harus menanggung perasaan egois masa lalu yang sekarang terasa sangat menjijikan.

Lagunya pun selesai. Aku mengambil hp untuk mencari lagu lain. Mungkin Runtuh - Feby atau Hati-hati di Jalan - Tulus bisa merubah suasana hati yang buruk dan wisata masa lalu yang membuatku terpuruk. Tapi chat itu datang. Tidak ada angin, tidak ada hujan, namamu terpampang di layar. "Hi, apa kabar". Aku menggigit bibir, mengutuki diriku yang masih menyimpan nomormu. Bahkan setelah apa yang kamu lakukan, aku tetap tidak mampu untuk memblokir nomormu. Aku tidak bergerak. Jari jempol ku berhenti di tengah lamunanku yang menguasai. Aku tidak kuasa membalas. "Mau bertemu di warung mie yang biasa nggak? Ada yang ingin aku omongin". Sambungmu. Bodohnya aku membalas iya.

Mie ayam Pak Nano adalah warung mie ayam terkenal di kota istimewa. Buka sejam 6 sore, sampai jam 10 malam pelanggan tidak akan berhenti berdatangan. Mungkin tukang parkir yang bekerja di sana bisa membeli Pajero dalam waktu satu tahun, untuk menggambarkan betapa ramenya mie ayam Pak Nano ini. Kursinya plastik, meja kayu, dengan gerobak besar seperti warung mie ayam pasa umumnya. Tapi karena ramainya yang datang, kursi yang disediakan juga memanjang sepanjang jalan. Aku sudah melihatmu sewaktu memarkirkan motor. Kamu dengan kaos pink kesukaanmu duduk di kursi tempat biasanya kita duduk.

Aku duduk di depannya dan mie yang sudah kamu pesan dihidangkan di depanku. Kita sudah ratusan kali ke tempat ini, wajar jika kamu tak perlu tanya aku pesan apa. Mie ayam original dengan toping bakso adalah favoritku dan kami seperti biasa memesan mie ayam pangsit kesukaanmu. Kita makan, menghabiskan mie di mangkok sambil basa basi seperti kawan lama yang tidak pernah bertemu.

"Aku minta maaf" kata mu. Wajahmu menunduk tak sanggup melihat wajahku. Tanganmu mengepal, menandakan kamu sudah menguras seluruh keberanianmu untuk datang ke sini. "Aku memaafkanmu" jawabku. "Sungguh?" Jawabannya. "Apakah kita bisa kembali lagi?, Seperti dulu" Tanganya mendekat menyentuh punggung tanganku. Aku menyingkirkannya dengan lembut. Berdiri mengambil dompet. Aku membayar pesananmu dan pesananku. Kamu menangis, tapi tidak mencegahku. Sebelum pergi, aku menatapmu untuk yang terakhir. Kamu tersedu di sana. Seperti dulu ketika kamu minta maaf. Bedanya dulu masih ada kesempatan, sekarang itu sudah tidak mungkin.

Aku sudah mendengar kabar itu dari teman-temanku. Ternyata kamu tidak jadi menikah dengannya karena perselisihan keluarga. Itu memang doaku, biar laki-laki itu tau rasanya menggagalkan pernikahan orang. Tapi sungguh aku juga ikut bersedih, makanya aku bersedia menemuimu malam itu. Tapi hanya sebatas untuk menghibur, bukan untuk kembali. 



Blog, Updated at: 20:38

0 komentar:

Post a Comment

Followers

Popular Posts

Powered by Blogger.
Adsense Indonesia