Nyari yang Pas, atau Memang Kamu Gak Pernah Puas?

Posted by

Suatu sore Kamu sedang memakai helm, keluar dari parkiran gedung mengendarai motor bebekmu menuju jalan pulang. Tapi langit ditutupi awan mendung dan rintik demi rintik turun menyentuh kulit sawo matangmu. Kamu berdecak sambil berdoa agar hujannya ditunda dulu sampai rumah, tapi begitulah ia turun tanpa bisa dicegah. Kamu memakai jas hujan bututmu yang sudah robeh di ujung-ujung nya. Entah apa alasan kamu masih menggunakannya. Kamu pun mengeluh, mengapa hujan datang di saat yang tidak tepat? Bukannya kemarin sudah hujan, kenapa hujan lagi. Padahal jelas ini bukan musimnya, di sini juga bukan kota hujan. Kenapa? Hingga kamu sampai di rumah.


Beberapa bulan kemudian, ramadhan pun tiba. Orang-orang termasuk kamu mulai berpuasa. Dari adzan subuh hingga adzan magrib. Kita mulai dari sholat tarawih yang penuh semangat. Jamaah masjid meluber hingga ke badan jalan, di tutup dengan berdoa bersama dan sahur di harinya. Tapi setelah matahari muncul, cuaca mulai menghangat namun tenggorokan sudah kering sejak tadi pagi. Dan tiba-tiba kita menjadi orang yang paling berharap datangnya hujan. Hujanlah sederas-derasnya, lama juga boleh. Setiap hari pun tidak masalah. Sampai kamu lupa beberapa waktu yang lalu kamu membenci hujan.

Kamu pun termangu di depan layar ponsel yang berwarna hijau tanda sedang aktif di aplikasi perpesanan. Namun sayangnya centang gandanya tidak kunjung berubah menjadi biru. Orang di ujung sana tak kunjung membalas entah ada apa. Kamu merasa tidak nyaman, logikamu mengingatkanmu tentang orang yang lama dalam membalas pesan artinya kamu bukan prioritasnya. Tapi kamu berusaha menampik logika itu, kamu menekan emosimu dengan berkali-kali bilang, dia memang bukan tipe orang yang responsif dalam chat. Itu saja, tidak ada yang lain.

Jam menunjukan pukul sepuluh malam, dan kamu masih di depan layar ponselmu yang berwarna hijau. Bedanya, ini adalah beberapa tahun yang lalu, saat orang di ujung sana adalah orang yang berbeda. Dia sangat responsif dan terlihat sangat membutuhkanmu. Itu sangat cukup memberi makan ego merasa dibutuhkanmu. Tapi kamu mulai kewalahan dengan obsesinya terhadap waktu yang kamu punya. Padahal kamu sedang kelelahan pulang telat, pekerjaan menumpuk, dan atasan tidak berhenti mengomel saat rapat daring. Kamu letih dan berusaha izin baik-baik untuk tidur duluan. Tapi dia tidak mengizinkanmu, dia ingin kamu menemaninya chat semalaman, padahal besok kamu harus berangkat pagi untuk menyambung kerjaanmu yang tidal selesai hari ini. Kamu frustasi, sama frustasinya dengan orang yang satunya lagi. Sedangkan dua-duanya adalah orang yang bertolak belakang. Bukankah seharusnya kamu berbahagia dengan salah satunya?

Aku menarikmu segera, membawamu ke cafe kekinian di pinggiran kota istimewa. Tapi karena penuh dan sesak jadilah kita nongkrong di angkringan sebelahnya. Sama-sama saja, cuma beda suasana dan makanan yang disajikan. Aku memarahimu karena kamu sangat ribet. Diberikan hujan ngeluh, tidak diberi sama ngeluhnya. Bersama orang yang responsif tidak kuat, tapi dapat orang yang chat seperlunya malah overthingking. Apa sih yang kamu mau.

Kamu pun bilang dengan suara jelas meskipun tatapan penuh keraguan. Kamu ingin hujan yang sedang-sedang saja, jangan tiap hari juga dan jangan di waktu kamu ada perlu di luar. Kamu juga ingin orang diujung ponsel sedang-sedang saja dalam membalas chat. Responsif ketika kamu ingin, dan tahu kapan harus menyudahi dan beristirahat.

Kamu ingin yang pas, tapi kamu tidak mengakui bahwa sebenarnya kamu tidak pernah puas. Aku pun bisa menjamin, ketika tuhan memberikanmu yang pas, kamu mungkin akan bilang ingin diberikan yang agak berlebihan karena bosan dengan hal hal yang serba pas.

Aku pun menyedot es tehku kuat-kuat hingga isinya habis dalam hitungan detik. Aku berdiri dan berbisik di telingamu. Kebahagiaan, kekayaan, kemakmuran, keberuntungan, kesuksesan, dan seluruh hal baik di dunia ini sebenarnya adalah rasa syukur. Begitu kamu memilikinya, kamu akan merasakan semuanya apapun yang terjadi. Tapi begitu kamu kehilangannya, kamu akan merasa tidak punya apa-apa, meskipun sebenarnya semuanya telah ada.

Torpid Lilia


Blog, Updated at: 00:30

0 komentar:

Post a Comment

Followers

Popular Posts

Powered by Blogger.
Adsense Indonesia