Resensi Dilan
2. Sengaja kujadikan judul karena lebih mudah mengucapkannya dibandingkan “Dilan
: Dia Dilanku tahun 1991”. Buku ini merupakan lanjutan dari Dilan 1 atau “Dilan
: Dia Dilanku Tahun 1990”. Aku sempat ragu bahwa Dilan 2 ini akan bagus seperti
yang pertama. Beberapa teman yang telah membaca buku ini mengatakan bahwa buku
ini tak lebih bagus dari Dilan 1. Aku pun urung membeli Dilan 2, karena toh
kantongku juga pas-pasan. Namun setelah
mengetahui bahwa salah satu temenku(sebut saja ia Umu) memiliki buku ini dan
boleh dipinjam, hasratku untuk membacanya pun tak tertahankan.
Seri kedua ini
ternyata lanjutan dari seri yang pertama(namanya juga seri). Cerita dari bab ke
bab masih saling bertaut-tautan(ya harus dong!). Jika dulu tahun 1990 Dilan dan
Milea masih kelas dua, maka tahun 1991 mereka sudah kelas tiga dan harus
menghadapi ujian nasional(Ya Jelas lah!). Stop! Paragraf kedua gak penting banget.
Kalian ingat
ending Dilan 1 dulu? Jika tidak salah, Dilan berantem dengan Anhar di Sekolah
bukan? Ya benar sekali. Buntut dari kerusuhan itu adalah Dilan dan Anhar
dipecat dari sekolahnya. Dilan pun harus mencari sekolah lain, namun masih satu
daerah, sehingga masih intens bertemu Milea.
Walaupun telah
pindah, kebiasaan tawuran Dilan tak juga padam. Hal ini bukan karena dia yang
mau, namun merupakan buntut dari masalahnya dengan Anhar. Kakak Anhar yang tak
terima adiknya dipukuli, akhirnya memutuskan untuk balas dendam. Ia bersama
kawanannya, mengeroyok Dilan di warung bu Iyem. Dilan awalnya tidak tahu, namun
setelah beberapa minggu mencari informasi, akhirnya ia tahu bahwa Abang Anharlah
pelakunya.
Dilan bersama
geng motornya berencana melawan, namun Milea mencegahnya sekuat tenaga. Bahkan ia
mengancam putus jika Dilan tetap ngeyel. Namun Dilan adalah remaja tanggung
yang masih labil dan emosian. Ia pun tetap melancarkan aksinya, dan akhirnya ditangkap
polisi. Ketika itu Milea sangat marah, dan tak ingin menemuinya lagi, namun ia
masih bisa memaafkan Dilan.
Sedari awal
ketika membaca buku Dilan 1, Pidi Baiq seolah membangun asumsi bahwa hubungan
Dilan dan Milea akan selalu lancar tanpa hambatan. Bahkan di awal aku sudah
yakin bahwa mereka akan menikah dan bahagia selama-lamanya. Nah jika jadinya
seperti itu, mungkin beberapa teman yang mengatakan Dilan 2 jelek, akan berkata
sebaliknya. Ternyata jelek yang mereka maksud bukanlah jelek ceritanya, namun
lebih kepada kesal karena tebakan mereka(termasuk aku) meleset jauh.
Setelah keluar
dari penjara, Dilan mendapat kabar buruk lagi. Salah satu temannya meninggal
dunia karena dikeroyok sekelompok orang tak dikenal. Apa yang kalian lakukan
ketika teman kalian mati dikeroyok orang? Reaksi pertama mungkin sedih, tapi
reaksi kedua boleh jadi dendam. Maka itulah yang dilakukan Dilan. Kali ini
Dilan tidak dipenjara lagi, tetapi langsung diusir dari rumah oleh ayahnya.
Namun masalah terbesar bukan itu, melainkan ketika Milea datang menemuinya dan
membuktikan ancamannya.
Setelah itu, jarak antara Dilan dan Milea menjadi
renggang, apalagi setelah lulus dan kuliah di kota yang berbeda. Dalam hati mereka
masing-masing, kita tahu bahwa mereka masih saling mencintai, namun seperti
yang ditulis di cover buku ini bahwa, “ Tujuan dari pacaran adalah putus. Bisa
karena menikah, bisa karena berpisah”
0 komentar:
Post a Comment